Selasa, 06 Oktober 2009

Keutamaan Ilmu dan Raih Kesuksesan dengan Menggali Potensi Diri Raih Kesuksesan dengan Menggali Potensi Diri

Keutamaan Ilmu

Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, begitu Nabi bersabda.

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR.Bukhari)


Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan Allah:


” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)





Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”. (TQS.Fathir [35]: 28)





„Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar:9)“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11)





Dalam Kitab Ihya ‚Uluumuddiin susunan Imam Al Ghazali disebut bahwa Nabi berkata: „Di akhirat nanti tinta ulama ditimbang dengan darah para syuhada. Ternyata yang lebih berat adalah tinta ulama!“ Nabi juga berkata bahwa meninggalnya 1 kabilah (penduduk 1 kampung) lebih ringan daripada meninggalnya seorang ulama.

itulah kemulian orang yang berilmu!


Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar:


“Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penunutu ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat Muslim)


“Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan)


“Barangsiap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim)


“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam (masalah) dien (agama).” (HR.Bukhari)



Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.



Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)



Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)



Ilmu itu begitu luas, dari yang bermanfaat hingga yang tidak bermanfaat. Contoh ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama, ilmu fisika, ilmu komputer, dsb. Contoh ilmu yang tidak bermanfaat bahkan terlarang adalah ilmu sihir, ilmu meramal/astrologi, dsb. Begitu banyak ilmu namun waktu kita begitu sedikit. Oleh karena itu hendaknya dipakai untuk mempelajari ilmu yang bermanfaat.



Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”. ‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’



Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”



“Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud.



“Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku.”



Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat.”



Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Allah, yang dapat kita amalkan, yang membuat kita rendah hati serta terhindar dari sifat takabur..



Ilmu selain diyakini kebenarannya juga harus diamalkan. Sebab ilmu tanpa amal, seperti pohon yang tidak berbuah.



“Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka “. (hadits)



Begitu juga amal tanpa ilmu, hanya akan membawa kehancuran. Contohnya orang tidak pernah belajar menerbangkan pesawat tentu akan berbahaya jika dia menerbangkan pesawat. Setelah diamalkan, maka disunnahkan bagi kita untuk mengajarkan ilmu tersebut ke orang lain yang belum mengetahui.



Kita menuntut ilmu dunia selama 12 tahun dari SD hingga SMA. Setiap hari paling tidak 5 jam kita mempelajari ilmu dunia. Tapi pernahkah kita menghitung berapa lama kita belajar ilmu agama? Adakah sejam sehari?



Jika tidak, sungguh malang nasib kita, padahal ilmu agama penting bagi kita guna mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Bukankah kebahagiaan di akhirat lebih baik dan lebih kekal? Bukankah hidup di dunia hanya sekejap saja (Cuma sekitar 63 tahun)?



Meski dia profesor Fisika atau Pakar Komputer, tapi jika tidak tahu ilmu agama sehingga sholat, puasa, zakat, dsb tidak benar niscaya dia akan masuk neraka.



Tentu saja bukan maksud kita mengenyampingkan ilmu dunia. Mempelajari ilmu dunia yang bermanfaat adalah fardu kifayah. Sejarah Islam menunjukkan bahwa meski ummat Islam gemar mempelajari ilmu agama, namun ilmu dunia mereka juga tinggi. Angka yang dunia pakai sekarang adalah angka Arab (Arabic Numeral) yang diperkenalkan sarjana Muslim kepada dunia. Bukan angka Romawi atau Eropa! Aljabar (Algebra), Algoritma yang mengembangkannya adalah sarjana Muslim: Al Khawarizm. Demikian pula di bidang kedokteran dikenal Avicenna (Ibnu Sinna), di bidang sosial Averroes (Ibnu Rusyid), dsb. Kimia (Chemical) juga berasal dari bahasa Arab Alkimia (Alchemy). Yang memperkenalkan angka 0 ke dunia adalah ummat Islam. Itulah prestasi ummat Islam di bidang ilmu dunia.



Jika sebagian muslim sudah mempelajarinya (misalnya ada beberapa orang yang belajar ilmu kedokteran), maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya. Tapi mempelajari ilmu agama adalah fardu ‘ain, kewajiban bagi setiap Muslim. Tanpa ilmu, maka semua amalnya akan ditolak.



Yang pertama harus kita pelajari adalah aqidah atau tauhid yang juga disebut “Ushuluuddiin” (Dasar-dasar Agama). Ini adalah fondasi yang harus kita kuasai. Kita bukan cuma tahu bahwa rukun iman ada 6, tapi juga tahu dalil-dalilnya. Sebagai contoh, beriman kepada Allah. Kita juga harus tahu sifat-sifat Allah seperti wujud (ada). Kita tidak bisa cuma bilang bahwa Tuhan itu ada. Tapi juga harus bisa membuktikan/menjelaskan dalil-dalil bahwa Tuhan itu memang ada.



Tanpa aqidah yang kuat, maka seseorang yang ibadahnya rajin dapat tersesat atau murtad dengan mudah.



Setelah aqidah kita kuat dan dilandasi dengan ilmu, baru kita mempelajari Fiqih. Fiqih adalah ilmu yang menjelaskan cara-cara beribadah kepada Allah seperti sholat, puasa, zakat, hubungan dengan sesama manusia, dan sebagainya. Banyak kewajiban mau pun larangan yang harus kita ketahui, ada di kitab-kitab Fiqih.



Yang harus kita ketahui lagi adalah, ilmu agama harus berlandaskan Al Qur’an dan Hadits yang shahih. Jika satu masalah tidak tercantum dalam Al Qur’an dan Hadits, baru dilakukan ijtihad. Tapi ijtihad ini pun tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits.



Menuntut ilmu juga niatnya harus untuk Allah semata. Bukan untuk kepentingan pribadi.


Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai, hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr]



Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.



Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]



Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu Majah]



“Seorang ‘alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Allah, maka dia akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermaksud untuk menumpuk harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu.” demikian sabda Nabi SAW dalam riwayat lain. [HR. Ad Dailami]



Dirangkum dari berbagai tulisan seperti “Ilmu yang bermanfaat” (Aa Gym), “Ihya ‘Uluumuddiin” (Imam Al Ghazali)



Raih Kesuksesan dengan Menggali Potensi Diri Raih Kesuksesan dengan Menggali Potensi Diri

Oleh : ABDULLAH GYMNASTIAR

SECARA sederhana, kesuksesan adalah milik kita semua karena sukses dapat diraih oleh setiap orang yang mau mengevaluasi diri dan mau menggali potensi yang ia miliki.

Dengan senantiasa mengevaluasi diri maka kita akan terhindar dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan, terlepas dari besar atau kecilnya kesalahan itu. Dan dengan menggali potensi diri akan mengarahkan kita pada kemampuan terbaik yang kita miliki yang belum disadari.

Jangan pernah takut untuk mengalami kegagalan karena dengan kegagalan bisa jadi potensi kita menjadi lebih baik. Dan jangan menjadikan kegagalan itu sebagai akhir dari segalanya. Ambillah hikmah dari kegagalan tersebut karena setiap kejadian pasti memiliki hikmah.


Adapun langkah-langkah untuk meraih kesuksesan adalah: pertama, sadari potensi diri. Gali terus potensi diri yang kita miliki dan manfaatkan seoptimal mungkin bagi kebaikan dan pengembangan diri kita. Kedua, kenali potensi tersebut. Dengan mengenali potensi yang kita miliki, kita dapat mengembangkan, memanfaatkan dan mengasahnya sedemikian rupa sehingga kemanfaatannyapun akan lebih terasa. Ketiga, buatlah target untuk memacu semangat kita. Susun target yang realistis, jangan membuat target yang terlalu tinggi. Bukankah yang sedikit tapi terus-menerus itu lebih dicintai Allah daripada amalan yang banyak tapi hanya sekali dua dilakukan ?. Setelah itu terlaksana barulah kita meningkatkan targetnya sedikit demi sedikit.

Keempat, mulai berlatih mengembangkan potensi diri. Buatlah berbagai macam latihan dan pengembangan akan potensi yang kita miliki. Misalnya kita mempunyai potensi dalam bidang psikologi. Awalnya kita hanya mendalami psikologi umum, kemudian kita kembangkan potensi kita dengan mempelajari psikologi anak, psikologi remaja, dll.

Kelima, cari lingkungan yang mendukung potensi kita. Bersahabatlah dengan lingkungan dan orang-orang yang dapat mendukung dan memperkaya khasanah ilmu dari potensi yang ingin kita kembangkan, contoh: seorang dokter hendaknya sering menghadiri seminar-seminar dan pertemuan yang digelar tentang kedokteran agar ilmunya terus bertambah.

Setiap manusia memiliki potensi akal, jasad dan hati. Amalan apapun yang dilakukan tergantung dengan hati kita. Sebagian besar menganggap sukses atau tidaknya diukur dengan ujian, penghargaan ataupun hasil duniawi. Namun sebenarnya orang yang beruntung itu adalah orang yang senantiasa bisa berubah menjadi lebih baik.

Orang suksespun selalu memiliki keseimbangan dalam pembagian waktu. Maka jangan merasa hebat apabila kita sukses dalam satu bidang tapi masih belum bisa membagi waktu dengan baik.

Kesuksesan kita tidak diraih dengan kemampuan kita sendiri secara individu tapi dengan dukungan orang-orang di sekitar kita. Yang paling penting adalah dengan seizin Allah-lah kita dapat melahirkan kesuksesan, karena tanpa izin-Nya kita bukanlah siapa-siapa. Wallahu'alam.


Bayi Nama Muhammad, Cara Unik Di Chechnya

Presiden Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov mempunyai cara unik untuk memperingati kelahiran Nabi Mumahammad SAW. Kadyrov meminta agar semua bayi laki-laki yang lahir pada 8-9 Maret di Chechnya diberi nama Muhammad.

''Saya berharap para orang tua memberi nama bayi laki-laki mereka dengan nama Muhammad,'' kata Kadyrov.

Namun Kadyrov mengingatkan, tidak seorangpun yang boleh merasa terbebani dengan permintaannya. Saat menggelar konferensi pers di Grozny beberapa waktu lalu, Kadyrov juga mengatakan pemerintah akan memberikan bantuan sebesar 1.400 dolar AS kepada orang tua bayi tersebut.

Tayangan stasiun televisi pemerintah, Vesti-24 menunjukkan sejumlah bayi laki-laki tengah tertidur lelap di Rumah Sakit Grozny sepanjang Senin. Vesti-24 memberitakan semua bayi itu diberi nama Muhammad.

Bersamaan dengan kebijakan ini, yayasan keluarga Kadyrov, Ahmad Kadyrov Sosial Fund membagikan bantuan kepada kaum dhuafa. Bantuan berupa 10 ribu kantong gula dan terigu diberikan ke masing-masing kota di Chechnya dan 10 ribu keluarga berpenghasilan rendah mendapat bantuan uang tunai sebesar 140 dolar AS. Kadyrov mengatakan setiap tahunnya Chechnya akan menggelar peringatan kelahiran Muhammad SAW yang lebih besar dan meriah dari tahun sebelumnya.

Pemimpin berusia 32 tahun ini memang dikenal dengan kebijakannya yang dinilai sejumlah pihak kontroversial. Beberapa waktu lalu, Kadyrov menganjurkan agar kaum laki-laki Chechnya mempunyai isteri lebih dari satu. Kadyrov juga meminta semua pegawai perempuannya mengenakan jilbab.

Sejak mengincar kursi kepresidenan, Kadyrov memang bertekad menegakkan syariah Islam dan memperkuat nilai-nilai tradisional Chechnya. Sebagian pengamat politik menilai strategi itu sengaja dipilih Kadyrov agar pemberontak Chechnya dan saingannya tidak bisa menuduhnya bukan Muslim sejati.

Tidak ayal lagi hal ini menjadi amunisi tambahan bagi musuh-musuh politiknya. Mereka mengatakan semua langkah Kadyrov tidak sah karena konstitusi Rusia menjamin pemisahan penuh kehidupan agama dan negara.

Namun Kadyrov yang berkuasa sejak 2007 justru mengantongi dukungan penuh Kremlin. Dalam pandangan Kremlin, cara yang ditempuh Kadyrov justru obat mujarab untuk meredam keinginan Chechnya lepas dari Rusia. Kremlin mengklaim strategi mereka cukup berhasil ditandai dengan menurunnya tindak kekerasan di Chechnya selama dua tahun terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar